1) adanya senjang adopsi;
2) orientasi pengembangan teknologi yang menitikberatkan pada supply push sehingga banyak teknologi yang dihasilkan tidak sesuai kebutuhan pengguna dari sisi teknis, finansial dan sosio kultural ; dan
3) belum optimalnya dukungan legislasi dan kebijakan yang dapat mendorong penelitian, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teknologi hanya akan memberikan kontribusi jika ia digunakan dalam
proses produksi barang/jasa untuk meningkatkan kualitas hidup umat
manusia, termasuk dalam upaya penyediaan pangan yang cukup, bergizi,
aman, dan sesuai selera konsumen serta terjangkau secara fisik dan
ekonomi bagi setiap individu.
Direktorat Jenderal Peternakan Kementerian Pertanian mencatat rendahnya
kapasitas produksi produk peternakan nasional antara lain disebabkan
oleh
1) rendahnya produktivitas ternak di Indonesia,
2) adanya kompetisi
dalam pemanfaatan sumber daya alam (SDA) dan lahan,
3) penurunan
kualitas SDA akibat pengaruh perubahan iklim,
4) keterbatasan dalam
kepemilikian modal, dan
5) kurangnya diseminasi teknologi peternakan
yang adaptif.
Selain itu penyebaran ternak di Indonesia kurang merata,
hal ini mengakibatkan mahalnya biaya distribusi produk peternakan dan
produk penunjangnya seperti pakan, obat-obatan. Disamping kondisi
tersebut program pembangunan peternakan yang sedang berjalan saat ini
masih bersifat sektoral. Sehingga program pembangunan peternakan
sering kali tidak tepat sasaran dan target yang diharapkan seringkali
tidak tercapai.
Berdasarkan
hasil sensus tidak dapat dikatakan kondisi sekarangm sudah berada pada
kondisi swasembada daging sapi. Program swasembada daging nasional harus
mempertimbangkan:
a.Kondisi
sapi asli Indonesia (sapi bali, pesisir, PO, madura) mendominasi lebih
dari 50 % populasi dengan postur tubuh lebih kecil dari sapi impor
sehingga perlu perhitungan lebih cermat.
b.Kantong-kantong
ternak sapi potong adanya di kawasan timur Indonesia sedangkan konsumen
daging terkonsentrasi di pulau jawa sehingga distribusi dan
transportasi harus diperbaiki. Kenyataan menunjukkan bahwa mengangkut
ternak dari Nusa Tenggara Timur itu lebih mahal dibanding dari Darwin
Australia.
Beberapa
program strategis dalam bidang peternakan yang perlu dikembangkan dalam
rangka mendukung percepatan swasembada daging dan susu, yaitu :
- Mengembangkan kawasan IPTEK Peternakan di cibinong science centre. Kawasan IPTEK Peternakan terpadu antara kegiatan riset, pengembangan ternak dan unit processing pakan dan susu. Diharapkan dari kawasan ini menjadi percontohan agribisnis berbasis riset.
- Central Milk Testing Laboratory (CMT). Merupakan laboratorium independen yang memfasilitasi pengujian kualitas susu peternak sapi perah sebelum dikirim ke industri pengolahan susu (IPS). Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan fare payment dimana harga ditentukan oleh kualitas, menjamin susu yang diterima IPS memiliki kualitas yang diinginkan, menghindari monopoli IPS. Program CMT bukan hanya menguji kualitas susu tetapi juga akan memperbaiki kualitas ternak sapi perah.
- Pengembangan Sapi Simental Indonesia. Di Sumatera Barat telah berkembang cukup lama sapi-sapi simental dan sudah beradaptasi dengan baik. Oleh karena perkembangan sapi simental di Sumbar, sudah terbentuk kelompok-kelompok pembibit sapi simental (Simental Breeders Club). Melalui program riset strategis, akan membentuk sapi simental indonesia. Hal ini sangat strategis untuk mengembangkan sapi-sapi simental Indonesia ke negara-negara yang memiliki iklim sama dengan iklim di Indonesia.
- Pusat Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia. Limbah pertanian, agroindustri pertanian, perikanan, kehutanan, perkebunan di Indonesia sangat melimpah. Apabila limbah ini dapat dikonsentrasikan ke beberapa tempat selanjutnya diolah menjadi pakan ternak berkualitas, tentu akan sangat membantu pembangunan peternakan nasional yang diketahui bahwa komponen pakan sangat dominan berpengaruh terhadap pembangunan peternakan.
Dari
uraian di atas, selanjutnya dibuat rekomendasi kebijakan Peran IPTEK
dalam Mendukung Program Swasembada Daging dan Susu Nasional sebagai
berikut :
- Pemerintah (Bappenas, KRT, Kemendiknas, Kementan, Pemda) Diharapkan Mengalokasikan Dukungan Dana Untuk Pelaksanaan Program Riset Dan Pengembangan Meat-Milk Pro
- Kawasan Bioteknologi Peternakan di Cibinong Science Centre didorong menjadi Pusat Unggulan Bioteknologi Reproduksi Peternakan
- Pemerintah Daerah Sumbar mengusulkan pelepasan galur baru Sapi Simental di Sumatera Barat menjadi Sapi Simental Indonesia
- Mendorong RPH Payakumbuh berstandar Internasional dan menjadi referensi RPH di Indonesia
- Diperlukan dukungan kebijakan pemerintah untuk mendirikan Central Milk Testing Laboratory Indonesia
- BIBD Puca didorong untuk meningkatkan kualitas produk sperma beku berdasarkan standar SNI
- Pemda Sulsel agar membuat kebijakan penyebaran sperma beku hasil produksi BIBD Puca dimana seluruh daerah di Sulsel menggunakan produk sperma beku tersebut.
- Pengembangan pembangunan peternakan di Sulawesi selatan diarahkan pada pengembangan ternak lokal sapi dan kerbau belang
- Pemprov Sulsel pada tahun anggaran 2012 akan mengeluarka galur baru kerbau belang sebagai plasma nutfa asli Indonesia.
- Diperlukan dukungan kebijakan Pemerintah (Pusat dan Daerah) membentuk Pusat Pengolahan Pakan Ternak Ruminansia (P3TR) di Sumatera Barat dan Sulawesi Selatan dalam rangka memenuhi ketersediaan pakan ternak ruminansia.(wardah tuharea-Humas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar